Jumat, 07 April 2017

METODE PENGENDALIAN VEKTOR

Mata kuliah : Pengendalian Vektor & Binatang Vektor
Dosen            : Hamsir Ahmad, SKM., M.Kes

“METODE PENGENDALIAN VEKTOR”




NUR RAHMAH PATONG
PO.71.4.221.15.1.032
                                                                              II .A / D.IV



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D/IV
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Pengendalian Vektor & Binatang Pengganggu yang telah memberikan tugas ini kepada saya sebagai upaya untuk menjadikan saya manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Saya  menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, saya mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Wassalam...




Makassar, 07 April 2017


Penulis








BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda yang dapat memindahkan ataupun menularkan agen infeksi kepada host yang rentan. Pengendalian vektor adlah suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan bagi kesehatan manusia. (Slamet JS, 1994)
Pada saat ini, penyebaran vektor yang dapat menyebabkan penyakit kepada manusia semakin meningkat. Dimana dengan berkembangnya zaman, vektor itu sendiri semakin kebal terhadap insektisida maupun racun.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfimgsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus di tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat ertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.
Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk memurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan.

B.     Rumusan Masalah
a.       Menjelaskan tujuan pengendalian vector?
b.      Menjelaskan bagaimana metode pengendalian vektor ?

C.      Tujuan Makalah
a.       Untuk mengetahui tujuan pengendalian vector
b.      Untuk mengetahui metode pengendalian vektor

BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan program yang di rilis oleh WHO tentang pengendalian vektor dengan system managemen vektor terpadu. Strategi system managemen vektor terpadu  dirancang untuk mencapai manfaat pengendalian penyakit terbesar dengan cara yang paling hemat biaya, dan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem (misalnya penipisan keanekaragaman hayati) dan merugikan efek samping pada kesehatan masyarakat dari penggunaan berlebihan bahan kimia alam pengendalian vektor.
Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka memurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting d dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :
1.      Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan.
2.      Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup.



A.     TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR
1.      Mencegah wabah penyakit yang tergolong vector-borne disease >> memperkecil risiko kontak antara manusia dg vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir
2.      Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu kawasan yg bebas >> dilakukan dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting, trapping)

B.     METODE PENGENDALIAN VEKTOR
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Dalam pengendalian yang akan dilakukan ada beberapa metode pengendalian vektor. Pengendalian vektor berfokus pada penggunaan metode pencegahan untuk mengendalikan atau menghilangkan populasi vektor. Langkah-langkah pencegahan yang umum adalah :
1.              Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) >> memanfaatkan kondisi alam yang dapat  mempengaruhi kehidupan vector >> jangka waktu lama
·         Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa

·         Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat perindukan vektor penyakit berupa genangan air

2.      Pengendalian terapan (applied control) >> memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan  vektor >> sementara
a.      Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)
Pengendalian secara sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak langsung. Dimana kita membersihkan maupun mengeluarkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti; kaleng bekas, plastik bekas, ban mobil atau motor dan lain-lain yang dapat menampung genangnan air hujan. Tempat-tempat penampungan air harus dibersihkan untuk mengeluarkan ataupun membunuh telur-telur, jentik, serta pupa nyamuk (Sembel, 2009)
Sanitasi lingkungan mencakup pengelolaan sampah, limbah cair, termasuk tinja dan sanitasi rumah yang ditujukan untuk mencegah kehadiran vektor penyakit..


b.     Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) >> modifikasi/manipulasi lingkungan >> landfilling, draining
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
b. Pemasangan jaring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.
i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.
j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).

c.       Pengendalian secara biologis (biological control) >> memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi.
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.

b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.
d.      Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) >> karantina
e.       Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control)
                        Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).
f.          Pengendalian terpadu ( integrated control)/Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vektor Management)
IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO untuk mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak sekolah dll.
BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya sehigga tidak  membahayakan kehidupan manusia. Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.

B.     SARAN
Saran dari saya adalah, diharapkannya semua cara dalam memberantas vektor nyamuk seperti diatas dapat diaplikasikan secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga angka kematian akibat dari vektor dapat menurun.

DAFTAR  PUSTAKA
Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC
Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press







1 komentar:

  1. Mata Kuliah:Penyehatan Makanan dan Minuman, Isi analisa dan kesimpulan mungkin terbalik,penulisan daftar pustaka sebaiknya sesuaikan dengan penuntun penulisan yg ada di institusi

    BalasHapus