Mata
kuliah : Pengendalian Vektor & Binatang Vektor
Dosen : Hamsir Ahmad, SKM., M.Kes
“METODE PENGENDALIAN VEKTOR”
NUR RAHMAH PATONG
II .A
/ D.IV
KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK
KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN
KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI
D/IV
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas
berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak
lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Pengendalian
Vektor & Binatang Pengganggu yang telah memberikan tugas ini kepada saya
sebagai upaya untuk menjadikan saya manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Saya menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan
yang perlu diperbaiki, untuk itu, saya mengharapkan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Wassalam...
Makassar,
07 April 2017
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau
arthopoda yang dapat memindahkan ataupun menularkan agen infeksi kepada host
yang rentan. Pengendalian vektor adlah suatu kegiatan untuk menurunkan
kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan bagi
kesehatan manusia. (Slamet JS, 1994)
Pada saat ini, penyebaran vektor yang dapat menyebabkan
penyakit kepada manusia semakin meningkat. Dimana dengan berkembangnya zaman,
vektor itu sendiri semakin kebal terhadap insektisida maupun racun.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal
dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat
berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk
yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, deman
berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta
sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang
menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus
binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfimgsi sebagai vektor
dan binatang pengganggu.
Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam
menyebabkan kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu
tersebut harus di tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai
keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan
populasinya kesatu tingkat ertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan
kehidupan manusia.
Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut
perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses
pelaksanaan yang bertujuan untuk memurunkan densitas populasi vektor pada
tingkat yang tidak membahayakan.
B.
Rumusan Masalah
a.
Menjelaskan tujuan pengendalian vector?
b.
Menjelaskan bagaimana metode pengendalian
vektor ?
C.
Tujuan Makalah
a.
Untuk mengetahui tujuan pengendalian vector
b.
Untuk mengetahui metode pengendalian vektor
BAB II
PEMBAHASAN
Berdasarkan program yang
di rilis oleh WHO tentang pengendalian vektor dengan system managemen vektor
terpadu. Strategi system managemen
vektor terpadu dirancang untuk mencapai manfaat pengendalian
penyakit terbesar dengan cara yang paling hemat biaya, dan meminimalkan dampak
negatif terhadap ekosistem (misalnya penipisan keanekaragaman hayati) dan
merugikan efek samping pada kesehatan masyarakat dari penggunaan berlebihan
bahan kimia alam pengendalian vektor.
Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan
pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha
mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan
kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam
rangka memurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu
perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang
penting d dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam
pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :
1. Pengendalian vektor harus
menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah
garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan.
2. Pengendalian vektor tidak
menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup.
A.
TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR
1. Mencegah wabah penyakit yang tergolong
vector-borne disease >> memperkecil risiko kontak antara manusia dg
vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir
2. Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit
yg baru ke suatu kawasan yg bebas >> dilakukan dengan pendekatan legal,
maupun dengan aplikasi pestisida
(spraying, baiting, trapping)
B. METODE PENGENDALIAN VEKTOR
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah
upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu
dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau
gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Dalam pengendalian yang akan
dilakukan ada beberapa metode pengendalian vektor. Pengendalian vektor berfokus pada penggunaan
metode pencegahan untuk mengendalikan atau menghilangkan populasi vektor.
Langkah-langkah pencegahan yang umum adalah :
1.
Pengendalian secara alamiah (naturalistic
control) >> memanfaatkan kondisi alam yang dapat mempengaruhi
kehidupan vector >> jangka waktu lama
·
Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang
meliputi kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi sementara
yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor penyakit pada habitatnya
sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa
·
Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang
meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan tanaman
yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor
penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup manusia.
Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat perindukan vektor
penyakit berupa genangan air
2. Pengendalian terapan (applied
control) >> memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan
vektor >> sementara
a. Upaya
peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)
Pengendalian secara
sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak langsung. Dimana kita
membersihkan maupun mengeluarkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk,
seperti; kaleng bekas, plastik bekas, ban mobil atau motor dan lain-lain yang
dapat menampung genangnan air hujan. Tempat-tempat penampungan air harus
dibersihkan untuk mengeluarkan ataupun membunuh telur-telur, jentik, serta pupa
nyamuk (Sembel, 2009)
Sanitasi lingkungan mencakup pengelolaan
sampah, limbah cair, termasuk tinja dan sanitasi rumah yang ditujukan untuk
mencegah kehadiran vektor penyakit..
b. Pengendalian
secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) >>
modifikasi/manipulasi lingkungan >> landfilling, draining
Cara ini menitikberatkan
kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara
lain :
a. Pemasangan perangkap tikus
atau perangkap serangga
b. Pemasangan jaring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya
untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas
dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi
musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk
menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan
binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan,
dll)
h. Pengasapan menggunakan
belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.
i. Pembalikan tanah sebelum
ditanami.
j. Pemanfaatan arus listrik
dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu
(perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).
c.
Pengendalian secara biologis (biological control) >> memanfaatkan musuh
alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi.
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni
:
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat
berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu
diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif
dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit
ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.
b. Mengurangi fertilitas
insekta
Untuk cara kedua ini pernah
dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di
antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas.
Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu
dikaji.
d. Pengendalian dengan pendekatan
per-UU (legal control) >> karantina
e. Pengendalian dengan menggunakan
bahan kimia (chemical control)
Cara
ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.
Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi
petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi,
pada tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional
(juga merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan
dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT
atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik
karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya
sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak
juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut
dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati,
bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan
kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan
DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada
penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut
dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi
digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini
adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak
tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk
Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion,
untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan
dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun
arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa
dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga
dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan
kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker
karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran
pernafasan.
Penggunaan bahan kimia
lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent.
Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus
masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir
serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk
yang dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang
menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).
f. Pengendalian
terpadu ( integrated control)/Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vektor Management)
IVM merupakan konsep
pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO untuk mengefektifkan berbagai
kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai institusi. IVM dalam pengendalian
vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada peningkatan peran serta sektor lain
melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak sekolah dll.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan, mengurangi,
atau menurunkan tingkat populasi vektor
sampai serendah rendahnya sehigga tidak membahayakan kehidupan manusia. Dalarn
pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas,
yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan
populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.
B. SARAN
Saran dari saya adalah, diharapkannya semua cara dalam memberantas vektor
nyamuk seperti diatas dapat diaplikasikan secara optimal dalam kehidupan
sehari-hari. Sehingga angka kematian akibat dari vektor dapat menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Budiman dan Suyono. 2010.
Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC
Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan
Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press