Jumat, 07 April 2017

METODE PENGENDALIAN VEKTOR

Mata kuliah : Pengendalian Vektor & Binatang Vektor
Dosen            : Hamsir Ahmad, SKM., M.Kes

“METODE PENGENDALIAN VEKTOR”




NUR RAHMAH PATONG
PO.71.4.221.15.1.032
                                                                              II .A / D.IV



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PRODI D/IV
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula saya mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Pengendalian Vektor & Binatang Pengganggu yang telah memberikan tugas ini kepada saya sebagai upaya untuk menjadikan saya manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Saya  menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, saya mengharapkan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Wassalam...




Makassar, 07 April 2017


Penulis








BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Vektor penyakit adalah serangga penyebar penyakit atau arthopoda yang dapat memindahkan ataupun menularkan agen infeksi kepada host yang rentan. Pengendalian vektor adlah suatu kegiatan untuk menurunkan kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak lagi membahayakan bagi kesehatan manusia. (Slamet JS, 1994)
Pada saat ini, penyebaran vektor yang dapat menyebabkan penyakit kepada manusia semakin meningkat. Dimana dengan berkembangnya zaman, vektor itu sendiri semakin kebal terhadap insektisida maupun racun.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap kesehatan manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak sebagai perantara penularan penyakit malaria, deman berdarah, dan Phyluml chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes. Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu masih banyak binatang lain yang berfimgsi sebagai vektor dan binatang pengganggu.
Namun kedua phylum sangat berpengaruh didalam menyebabkan kesehatan pada manusia, untuk itu keberadaan vektor dan binatang penggangu tersebut harus di tanggulangi, sekalipun demikian tidak mungkin membasmi sampai keakar-akarnya melainkan kita hanya mampu berusaha mengurangi atau menurunkan populasinya kesatu tingkat ertentu yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.
Dalam hal ini untuk mencapai harapan tersebut perlu adanya suatu managemen pengendalian dengan arti kegiatan-kegiatan/proses pelaksanaan yang bertujuan untuk memurunkan densitas populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan.

B.     Rumusan Masalah
a.       Menjelaskan tujuan pengendalian vector?
b.      Menjelaskan bagaimana metode pengendalian vektor ?

C.      Tujuan Makalah
a.       Untuk mengetahui tujuan pengendalian vector
b.      Untuk mengetahui metode pengendalian vektor

BAB II
PEMBAHASAN

Berdasarkan program yang di rilis oleh WHO tentang pengendalian vektor dengan system managemen vektor terpadu. Strategi system managemen vektor terpadu  dirancang untuk mencapai manfaat pengendalian penyakit terbesar dengan cara yang paling hemat biaya, dan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem (misalnya penipisan keanekaragaman hayati) dan merugikan efek samping pada kesehatan masyarakat dari penggunaan berlebihan bahan kimia alam pengendalian vektor.
Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan dalam rangka memurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang penting d dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :
1.      Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam-macam cara pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak merugikan/ membahayakan.
2.      Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan ekologi terhadap tata lingkungan hidup.



A.     TUJUAN PENGENDALIAN VEKTOR
1.      Mencegah wabah penyakit yang tergolong vector-borne disease >> memperkecil risiko kontak antara manusia dg vektor penyakit dan memperkecil sumber penularan penyakit/reservoir
2.      Mencegah dimasukkannya vektor atau penyakit yg baru ke suatu kawasan yg bebas >> dilakukan dengan pendekatan legal, maupun dengan aplikasi pestisida (spraying, baiting, trapping)

B.     METODE PENGENDALIAN VEKTOR
Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan binatang pengganggu tersebut.
Dalam pengendalian yang akan dilakukan ada beberapa metode pengendalian vektor. Pengendalian vektor berfokus pada penggunaan metode pencegahan untuk mengendalikan atau menghilangkan populasi vektor. Langkah-langkah pencegahan yang umum adalah :
1.              Pengendalian secara alamiah (naturalistic control) >> memanfaatkan kondisi alam yang dapat  mempengaruhi kehidupan vector >> jangka waktu lama
·         Manipulasi lingkungan
Adalah suatu upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi kegiatan yang terencana yg bertujuan untuk mengubah kondisi sementara yang tidak menguntungkan bagi perkembang biakan vektor penyakit pada habitatnya sebagai contoh adalah : pembersihan tanaman, peneduhan dan pengeringan rawa

·         Modifikasi Lingkungan
Adalah upaya pengelolaan lingkungan yang meliputi perubahan fisik yang bersifat permanen terhadap lahan, air dan tanaman yang bertujuan untuk mencegah, menghilangkan atau mengurangi habitat vektor penyakit tanpa menyebabkan terganggunya kualitas lingkungan hidup manusia. Termasuk kegiatan ini adalah drainase, penimbunan tempat perindukan vektor penyakit berupa genangan air

2.      Pengendalian terapan (applied control) >> memberikan perlindungan bagi kesehatan manusia dari gangguan  vektor >> sementara
a.      Upaya peningkatan sanitasi lingkungan (environmental sanitation improvement)
Pengendalian secara sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak langsung. Dimana kita membersihkan maupun mengeluarkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk, seperti; kaleng bekas, plastik bekas, ban mobil atau motor dan lain-lain yang dapat menampung genangnan air hujan. Tempat-tempat penampungan air harus dibersihkan untuk mengeluarkan ataupun membunuh telur-telur, jentik, serta pupa nyamuk (Sembel, 2009)
Sanitasi lingkungan mencakup pengelolaan sampah, limbah cair, termasuk tinja dan sanitasi rumah yang ditujukan untuk mencegah kehadiran vektor penyakit..


b.     Pengendalian secara fisik-mekanik (physical-mechanical control) >> modifikasi/manipulasi lingkungan >> landfilling, draining
Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat penangkap mekanis antara lain :
a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga
b. Pemasangan jaring
c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)
d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang penganggu.
e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.
f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.
g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul, jepretan dengan umpan, dll)
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus peracunan.
i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.
j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan lampu neon).

c.       Pengendalian secara biologis (biological control) >> memanfaatkan musuh alamiah atau pemangsa/predator, fertilisasi.
Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Memelihara musuh alaminya
Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya. Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.

b. Mengurangi fertilitas insekta
Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.
d.      Pengendalian dengan pendekatan per-UU (legal control) >> karantina
e.       Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia (chemical control)
                        Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan. Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau makan ayam yang keracunan.
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.
Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.
Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic untuk mengusir tikus (fisika).
f.          Pengendalian terpadu ( integrated control)/Pengendalian Vektor Terpadu (Integrated Vektor Management)
IVM merupakan konsep pengendalian vektor yang diusulkan oleh WHO untuk mengefektifkan berbagai kegiatan pemberantasan vektor oleh berbagai institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan pada peningkatan peran serta sektor lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak sekolah dll.
BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Pengendalian vektor adalah semua upaya yang dilakukan untuk menekan, mengurangi, atau menurunkan tingkat populasi vektor sampai serendah rendahnya sehigga tidak  membahayakan kehidupan manusia. Dalarn pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha mengurangi dan menurunkan populasi kesatu tingkat yang tidak membahayakan kehidupan manusia.

B.     SARAN
Saran dari saya adalah, diharapkannya semua cara dalam memberantas vektor nyamuk seperti diatas dapat diaplikasikan secara optimal dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga angka kematian akibat dari vektor dapat menurun.

DAFTAR  PUSTAKA
Budiman dan Suyono. 2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Konteks Kesehatan Lingkungan.Jakarta : EGC
Soemirat Slamet, Juli.2009.Kesehatan Lingkungan.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press







Rabu, 05 April 2017

LAPORAN PEMERIKSAAN TIMBAL (Pb) DAN ARSEN (Ar) PADA MAKANAN

MATA KULIAH      : PEMERIKSAAN MAKANAN dan MINUMAN
DOSEN                      : Khiki Purnawati Kasim. SST., M.Kes
LAPORAN
PEMERIKSAAN TIMBAL (Pb) DAN ARSEN (Ar) PADA MAKANAN




NUR RAHMAH PATONG
PO.71.4.221.15.1.032

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
2017-2018


A.   Dasar Teori
Manusia bukan hanya menderita sakit karena menghirup udara yang tercemar, tetapi juga akibat mengasup makanan yang tercemar logam berat. Sumbernya sayur-sayuran dan buah-buahan yang ditanam di lingkungan yang tercemar atau daging dari ternak yang makan rumput yang sudah mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia.
Arsen (As) atau sering disebut arsenik adalah suatu zat kimia yang ditemukan sekitar abad-13. Sebagian besar arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational Safety and Health (1975), arsen inorganic bertanggung jawab terhadap berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat.
Arsen terkandung dalam ikan dan makanan laut lainnya, seperti udang, cumi-cumi, dan kerang. Pola konsumsi yang banyak memakan seafood dan kerang-kerangan merupakan potensi besar untuk mengalami intoksikasi arsen karena tingginya kandungan arsen pada makanan-makanan tersebut. Kandungan arsen dalam makanan laut mencapai angka lebih dari 4,5 mikrogram arsen/g berat basah. Arsen juga terdapat dalam daging dan sayur-sayuran namun jumlahnya amat kecil.
Senyawa arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas atau ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa nyeri lambung dan muntah-muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan hati. Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pembentukan kanker kulit pada manusia.
Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk kimianya berubah. Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).
Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal). Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu timbal mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan disebutkan di kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di bumi.
Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu 550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat.

B.   TUJUAN
1.      Untuk mengetahui kadar timbal yang terdapat pada kue baroncong di Desa Pakkabba Kec.galesong utara, Kab.takalar
2.      Untuk mengetahui kadar arsen yang terdapat pada kerang di jl. Poros galesong desa aeng towa, Kec.galesong utara Kab.takalar.

C.   ALAT DAN BAHAN:
Alat:
-          Timbangan
-          Labu Erlenmeyer
-          Gelas ukur 50 ml
-          Spectroquant
-          Kuvet
-          Lumpang dan alu
-          Botol arsenic test
-          Gelas ukur 10 ml
-          Botol sampel
Bahan:
-          Cairan pb
-          AS1 & AS2
-          Aquadest
-          Sampel
-          Kertas strip arsen

D.   PROSEDUR KERJA:

1.      Timbangan dinetralkan (0,0) dengan menekan tombol (tare fuction B).
2.      Timbang sampel kerang dan buroncong masing-masing sebanyak 10 gr.
3.      Setelah itu masukkan masing-masing sampel kedalam lumping yang sudah disediakan.
4.      Kemudian masing-masing sampel di tumbuk sampai halus  sambil menambahkan aquadest sedikit demi sedikit sampai cukup 50 ml bahan yang di haluskan.
5.      Setelah kedua sampel tersebut halus masukkan masing-masing sampel kedalam gelas ukur ukuran 80 ml sampai garis 50 ml.
6.      Lalu pindahkan kedua sampel tersebut kedalam gelas ukuran 5 ml sebanyak 5 ml pula.
7.      Sampel buroncong yang telah dipindahkan kedalam gelas sampel kita ukur kadar timbalnya (Pb), sebelum mengukur, kita tambahkan cairan reagen sebanyak 3 tetes. Selanjutnya dipindahkan  sampel kedalam kuvet  dan pastikan kuvet tersebut kering, ukur kadar timbalnya dengan menggunakan alat spectroquant NOVA, tunggu dan catat hasilnya
8.      Setelah mengukur kadar timbale (Pb) sampel buroncong, selanjutnya kita ukur kadar Arsen (As) pada sampel kerang.
9.      Masukkan sampel kerang sebanyak 5 ml kedalam gelas sampel 10 ml. kemudian pindahkan kedalam botol Arsenik test dan tambahkan cairab AS-1 dan AS-2 masing-masing sebanyak 1 ml kedalam sampel kerang lalu homogenkan setelah itu masukkan kertas Strip Arsen dan tunggu selama 20 menit, tunggu dan catat hasilnya.


E.    METODE PRAKTIKUM
1.      SPEKTROFOTOMETRI
Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik dengan mengguankan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector Fototube. Dalam analisis cara spektrofotometri terdapat tiga daerah panjang gelombang elektromagnetik yang digunakan, yaitu daerah UV (200-380 nm), daerah Visible (380-700 nm), daerah Inframerah (700-3000 nm).
Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan hokum Lambert-Beer, bila cahaya monokromatik (I0),melalui suatu media (larutan), maka sebagian cahaya tersebut diserap (Ia), sebagian dipantulkan (Ir), dan sebagian lagi dipancarkan (It). Transmitans adalah perbandingan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika melewati sampel (It) dengan intensitas cahaya mula-mula sebelum melewati sampel (Io). Persyaratan hokum Lambert-Beer antara lain : Radiasi yang digunakan harus monokromatik, rnergi radiasi yang di absorpsi oleh sampel tidak menimbulkan reaksi kimia, sampel (larutan) yang mengabsorpsi harus homogeny, tidak terjadi flouresensi atau phosphoresensi, dan indeks refraksi tidak berpengaruh terhadap konsentrasi, jadi larutan harus pekat (tidak encer).
Beberapa larutan seperti larutan Timbal (Pb2+) dalam air tidak berwarna, supaya timbul earna larutan Pb diekstraksi dengan dithizone sehinggaberubah menjadi berwarna merah. Larutan berwarna merah akan menyerap radiasi pada daerah hijau. Dalam hal ini larutan Pb menunjukkan absorbans maksimum pada panjang gelombang 515 nm.
Jenis-jenis Spektrofotometri
Spektrofotometri terdiri dari beberapa jenis berdasarkan sumber cahaya yang digunakan.  Diantaranya adalah sebagai berikut :
Spektrofotometri Vis (Visible)
Pada spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energy dalah cahaya tampak (Visible). Cahaya visible termasuk spectrum elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh mata manusia. Panjang gelombang sinar tampak adalah 380-750 nm. Sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh mata manusia, maka sinar tersebut termasuk kedalam sinar tampak (Visible).
Spektrofotometri UV (Ultra Violet)
Berbeda dengan spektrofotometri Visible, pada spektrofometri UV berdasarkan interaksi sampel dengan sinar UV. Sinar UV memiliki panjang gelombang 190-380 nm. Sebagai sumber sinar dapat digunakan lampu deuterium. Deuterium disebut juga heavy hydrogen. Dia merupakan isotop hydrogen yang stabil tang terdapat berlimpah dilaut dan didaratan. Karena sinar UV tidak dapat dideteksi oleh mata manusia maka senyawa yang dapat menyerap sinar ini terkadang merupakan senyawa yang tidak memiliki warna. Bening dan transparan.
Spektrofotometri UV-Vis
Spektrofotometri ini merupakan gabungan antara spektrofotometri UV dan Visible. Menggunakan dua buah sumber cahaya berbeda, sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible. Meskipun untuk alat yang lebih canggih sudah menggunakan hanya satu sumber sinar sebagai sumber UV dan Vis, yaitu photodiode yang dilengkapi dengan monokromator. Untuk sistem spektrofotometri, UV-Vis paling banyak tersedia dan paling populer digunakan. Kemudahan metode ini adalah dapat digunakan baik untuk sample berwarna juga untuk sample tak berwarna. Spektroskopi ultraviolet-visible atau spektrofotometri ultraviolet-visible (UV-Vis atau UV / Vis) melibatkan spektroskopi dari foton dalam daerah UV-terlihat.  Ini berarti menggunakan cahaya dalam terlihat dan berdekatan (dekat ultraviolet (UV) dan dekat dengan inframerah (NIR)) kisaran.  Penyerapan dalam rentang yang terlihat secara langsung mempengaruhi warna bahan kimia yang terlibat.  Di wilayah ini dari spektrum elektromagnetik, molekul mengalami transisi elektronik.  Teknik ini melengkapi fluoresensi spektroskopi, di fluoresensi berkaitan dengan transisi dari ground state ke eksited state. Penyerapan sinar uv dan sinar tampak oleh molekul, melalui 3 proses yaitu :
a.       Penyerapan oleh transisi electron ikatan dan electron anti ikatan.
b.      Penyerapan oleh transisi electron d dan f dari molekul kompleks.
c.       Penyerapan oleh  perpindahan muatan.
Interaksi antara energy cahaya dan molekul dapat digambarkan sbb : E = hv
Dimana :
E = energy (joule/second)
h = tetapan plank
v = frekuensi foton

Spektrofotometri IR (Infra Red)
Spektrofotometri ini berdasar kepada penyerapan panjang gelombang Inframerah. Cahaya Inframerah, terbagi menjadi inframerah dekat, pertengahan dan jauh. Inframerah pada spektrofotometri adalah adalah inframerah jauh dan pertengahan yang mempunyai panjang gelombang 2.5-1000 mikrometer. Hasil analisa biasanya berupa signalkromatogram hubungan intensitas IR terhadap panjang gelombang. Untuk identifikasi, signal sampel akan dibandingkan dengan signal standard.

2.      KOLORIMETRI
Kolorimetri adalah suatu metoda analisis kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan warna antara larutan sampel dan larutan standar, dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dengan detektor mata.
Persyaratan larutan yang harus dipenuhi untuk absorbsi sinar tampak adalah larutan harus berwarna. Oleh karena itu metoda spektroskopi sinar tampak disebut juga dengan metoda kolorimetri dan alatnya disebut dengan kolorimeter. Kolorimeter didasarkan pada perubahan warna larutan yang sebanding dengan perubahan konsentrasi komponen pembentuk larutan. Oleh karena itu aspek kuantitatif merupakan tujuan pengukuran dengan metoda ini. Contohnya adalah larutan nitrit dibuat berwarna dengan pereaksi sulfanila-mida dan N-(1-naftil)-etilendiamin.
Prinsip dasar dari metoda kolorimetri visual adalah tercapainya kesamaan warna bila jumlah molekul penyerap yang dilewati sinar pada ke dua sisi larutan persis sama. Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum bewarna, namun dengan menggunakan reagen pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa bewarna yang merupakan fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan dasar perhitungan.
Syarat pewarnaan ini antara lain :
-          a. Warna yang terbentuk harus stabil.
-         b.   Reaksi pewarnaan harus selektif.
-          c. Larutan harus transparan.
-          d. Kesensitifannya tinggi.
-          e. Ketepatan ulang tinggi.
-         f.  Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi.
Cara analisis ini merupakan bahwa tua atau mudanya suatu warna larutan zat atau senyawaan tergantung pada kepekatannya. Dalam visual kolorimetri biasanya dipakai cahaya putih dari matahari atau cahaya lampu biasa dan biasanya dipakai alat-alat pembanding yang sederhana yang disebut dengan color comparator atau pembanding warna. Bila sebagai pengganti ketajaman mata kita diganti dengan suatu photoelectric detektor maka alat itu disebut kolorimeter photoelectric.
Metoda kolorimetri terbagi atas 2 bagian yaitu :
a.      Metoda kolorimetri visual : Menggunakan mata sebagai detektornya.
b.       Metoda fotometri : Menggunakan fotosel sebagai detektornya.




Dosen                          : Khiki Purnawati Kasim. SST., M.Kes
Nama                           : Nur Rahmah Patong
Tingkat/Semester        : II/4(Ganjil)
Parameter                    : Pemeriksaan Arsen (Ar) Dan Timbal (Pb) Pada Makanan
 

HASIL

I.                   Pemeriksaan Timbal (Pb)
Nama Pengambil Sampel        : Muspida
Nama Sampel                          : Buroncong
Tempat Pengambilan Sampel: Pakkabba, Desa Pakkabba Kec.  Galesong Utara, Kab. Takalar
Waktu Pengambilan    : Senin, 03 April 2017 pukul 07.00 wita

0,781/1000/mg/l
0,7781 x 5 = 3,905 mg/l
Dari hasil yang didapatkan pada pemeriksaan kadar timbal pada buroncong adalah 3,905 mg/l

II.                Pemeriksaan Arsen (As)
Nama Pengambil Sampel        : Muspida
Nama Sampel                          : Kerang
Tempat Pengambilan Sampel: Jl. Poros Galesong Utara. Desa Aeng Towa Kec.  Galesong Utara, Kab. Takalar
Waktu Pengambilan    : Minggu, 02 April 2017 pukul 17.00 wita

Dari hasil yang didapatkan pada pemeriksaan kadar arsen pada kerang adalah 0 mg/l

ANALISA HASIL

I.                   Pemeriksaan Timbal
Berdasarkan dari hasil dan analisa hasil di atas, kami mendapatkan sebanyak 3,905 mg/l timbal(pb) pada kue baroncong, menurut SNI 7387:2009 kue baroncong tidak memenuhi standar batas maksimum cemaran timbal (pb) dalam pangan, karna batas maksimumnya, yaitu 0,5 mg/l
II.                Pemeriksaan Arsen
Pemeriksaan kadar arsen pada sampel kerang tidak terdapat kandungan arsen, dimana hasilnya 0 mg/l.  Memenuhi batas maksimum cemaran arsen (As) dalam pangan, karna batas maksimumnya, yaitu 1,0 mg/l. Karena tidak mengandung arsen maka kerang tersebut aman untuk dikonsumsi.

KESIMPULAN

I.                   Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah-susah gampang, karena banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng, dan tempe goreng yang dibungkus dengan koran. Padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbel ke makanan tersebut. Gampangnya, jika membeli jajanan, usahakan jangan dibungkus dengan kertas tapi dengan bungkus daun pisang atau diletakkan di piring. Demikian pula peralatan masak.
II.                Mengkonsumsi kerang yang berasal dari perairan tercemar limbah berbahaya dapat menimbulkan keracunan logam berat yang dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehatan. Untuk melindungi populasi kekerangan dari polusi yang dihasilkan dari kotoran bahan – bahan polutan ke dalam laut, pemerintah membuat dan melaksanakan program untuk menurunkan serendah mungkin dampak polusi agar didapatkan mutu produk kekerangan yang memenuhi syarat mutu dan dapat dikonsumsi secara langsung oleh manusia.



DAFTAR PUSTAKA